Mungkin jika anda yang sudah membaca Cerpen yang berjudul PAHITNYA CINTA sudah tahu cerita sebelumnya . PAHITNYA CINTA II ini adalah lanjutan dari PAHITNYA CINTA yang sebelumnya.
Seiring kebersamaan antara Memen dan Nadia terbesit pertanyaan,
Sampai kapan kita seperti ini menjalin hubungan hanya sebatas Pacaran ???
Sebuah pertanyaan ini pasti muncul pada sepasang kekasih yang sudah lama saling kenal dan melewati hari-harinya dengan penuh dengan kegembiraan. Karena pertanyaan tersebut Memen mulai berfikir dan di dalam fikirannya mulai terbesit ingin mengenalkan Nadia kepada kedua orang tuanya.
waktu pun terus di lewati dalam kebersamaan, canda tawa pun masih terus tergambar dalam raut wajah mereka, celotehan di antara mereka pun tak pernah berubah masih seperti di saat pertama mereka saling mengenal.
Saat itu juga Nadia pun bertemu dengan kedua orang tua memen, Memen memperkenalkan Nadia kepada kedua orang tuanya. Senyuman pun terlontar dari kedua raut wajah orang tuanya, yang semula adalah suasana yang menegangkan perlahan suasana itu mencair menjadi suasana yang biasa, percakapan pun mulai terjalin antara Nadia dan kedua orang tua Memen dan canda tawa mulai mengisi percakapan mereka .Saat itu Memen merasa senang karena dia fikir kedua orang tuanya pasti menyetujui hubungannya dengan Nadia.
Saat itu pun sudah berlalu, Memen kembali merantau dan bekerja di Restauran. Saat pulang kerja di tempat kosannya Memen menelfon orang tuanya dan mulai membicarakan hubunganya dengan Nadia, Memen berharap hubungan dia dengan Nadia menjadi lebih dari sekedar pacaran dan meminta restu dari orang tuanya meskipun melalui ponsel dan tak bertemu langsung, Memen berfikirin kedua orang tuanya pasti merestui hubungan dia dengan Nadia dan sangat berharap saat dia pulang ke kampung halamannya Nadia sudah menjadi pendampingnya.
Tak di sangka saat Memen meminta restu kepada orang tuanya kenyataan berkata lain, orang tua Memen tak merestui hubungan Memen dengan Nadia. Hancurlah semua harapan dan angan-angan Memen setelah mengetahui hubungannya tak di restui oleh kedua orang tuanya, dan di saat itu juga Nadia yang ingin menemui Memen di kosannya mendengar semua perkataan Memen dan kedua orang tuanya. Hati Nadia pun hancur setelah mendengar percakapan itu, Nadia pun meneteskan air matanya dia pun mengurungkan niatnya bertemu dengan Memen dan kembali ke kosannya. Di dalam kosannya Nadia pun terus menangis , semua kenangan yang di lalui bersama Memen pun terbayang kembali. Di saat dia pertama kali kenal dengan Memen, canda tawa bersama, makan bersama, liburan berang Memen, sampai berangkat dan pulang bareng Memen pun di ingatnya kembali. Dan dia pun teringat akan sebuah kata-kata Memen dia pernah bilang kalo Memen adalah orang yang patuh kepada kedua orang tuanya apa yang di ucapkan kedua orang tuanya pasti dia akan menurutinya. Semua kenangan itu semakin membuat hati Nadia hancur dan air mata pun semakin membasahi pipi Nadia, apa yang di ingat Nadia ternyata teringat juga dalam fikiran Memen .
Mereka merasakan perasaan yang sama, semua kenangan indahnya berubah seketika menjadi kesedihan dan tangisan.
Sejak saat itu Nadia mulai tak lagi menemui Memen, hanya komunkasi dan canda tawa seperti biasa yang terus terjalin dalam hubungannya.
Hubungan tanpa di restui orang tua ternyata membuat cinta itu harus di pisahkan.
Memen terus berfikir keras supaya hubungannya ini mendapatkan restu dari kedua orang tuanya, Memen pun tak mau menceritakan masalah ini kepada Nadia. Dia terus memperjuangkan cintanya meskipun tahu bahwa cintanya ini tak akan di restui oleh kedua orang tuanya.
Namun kenyataan berkata lain, apa yang Memen perjuangkan itu semuanya tak sesuai dengan apa yang dia fikirkan, perjuangan untuk cintanya semua hanyalah sia-sia.
Saat Memen menemui Nadia di rumahnya sebuah undangan pernikahan pun menyambut kedatangan Memen. Nadia wanita yang dia cintai dan dia perjuangkan tanpa satu pesan pun dia telah di persunting oleh Ardi lelaki pilihan orang tua Nadia. Hati Memen pun semakin hancur, semua harapan, angan-angan, dan perjuangan cintanya terbuang sia-sia.
Hanya kenangan dan ingatan bahagia yang dia dapatkan dari Cintanya.
Hari pernikahan antara Nadia dan Ardi pun berlangsung, Memen yang mendapatkan undangan pernikahannya menghadiri acara itu. Dengan hati yang sangat kecewa dia mencoba mengikhlaskannya, Memen pun memberi ucapan selamat kepada Ardi dan Nadia wanita yang sangat di cintai dirinya.
Nadia tak kuasa menahan rasa pedihnya, air mata pun membasahi pipi Nadia saat Memen mengucapkan selamat kepada dirinya, perkataan orang tua Memen yang tak merestui hubungannya teringat kembali dan membuat Nadia terus meneteskan air matanya.
Acara yang seharusnya bahagia berubah menjadi tangis kesedihan saat cinta yang mendalam harus di pisahkan tak bisa di satukan.
Dengan penuh rasa kecewa, pedih, dan sakit hati Memen pun kembali ke kosannya, sampainya di kosan Memen mendapatka pesan dari Nadia.
Pesan itu berisikan kata maaf dari Nadia, dia mengiyakan perjodohan orang tuanya karena dia telah mengetahui bahwa orang tua Memen tak merestui hubungannya dan Nadia berfikir kalau memen pasti menuruti perkataan orang tuanya dan dia pasti Memutuskan Nadia.
Dalam benak Memen tak ada sedikitpun apa yang di fikirkan oleh Nadia itu akan dia lakukan, mengetahui Memen tak akan Memutuskannya dia, Nadia pun merasa sangat bersalah telah menyia-nyiakan perjuangan Memen, deraian air mata pun semakin membasahi pipi Nadia.
Namun apalah arti sebuah penyesalan dan air mata bila semua itu telah terjadi dan tak akan bisa terulang kembali.
Mungkin ini adalah Pahitnya Cinta Memen ,apa yang di fikirkan Memen tak sesuain dengan kenyataan. Perjuangan dan pengorbanan Cintanya pun hanyalah sia-sia.
Memen pun mencoba mengikhlaskan semua yang telah terjadi meskipun sakit hatinya takan pernah terobati..
TAMAT.
No comments:
Post a Comment